Nae Eomma
Pictures. My Family
“Pernahkah
kamu membayangkan dunia tanpa ibu?”
Sedang mendengarkan ‘on rainy days by heize’
after crying.
Malam dilembar ke-tiga
bulan Mei. Malam yang sangat panas. Hujan tidak singgah hari ini. Aku menangis lagi
after watching drama Korea ‘My Perfect Stranger.’ Awal episode yang
menguras air mata. Dalam scene ada seorang perempuan yang bekerja sebagai editor
penulis terkenal. Kehidupannya tidaklah mudah dan berhati dingin. Entah kenapa
ia selalu dihujani amarah oleh majikannya even she doing good. Saat ia
mengantarkan majikannya belanja di mall, ia bertemu ibunya sedang berburu
diskon sepatu sampai ibunya terjatuh. Disaat anak itu hendak menolong ibunya
lantas tidak tega, majikannya berkata “Sepatu diskonan aja direbutkan.
Walaupun miskin kamu harus berkelas.” Anak itu hidup diselimuti dengan rasa
gengsi sehingga ia mengesampingkan rasa tidak teganya, lalu meninggalkan sang
ibunya yang jatuh.
Peralihan cerita, Ia
bertemu dengan ibunya diluar area. Ibunya bergaya kuno, memakai syal vintage
dengan rambut pendek mengembang. Sang ibu mengeluarkan kotak sepatu yang ia
tenteng, lalu mengeluarkan sepatu vans putih untuk dicoba sang anak. Tetapi anaknya
menolak karena malu dilihat banyak orang.
“Mereka bilang sepatu
bagus membawa mu ke tempat bagus.” Ucap ibunya.
Sang anak hanya tertawa
kecil, “Kata siapa? Itu konyol.”
Mata anak itu mengamati
dari ujung kaki sampai ujung rambut si Ibu. Dari wajahnya terlihat anak itu
semakin marah, ia bertanya kenapa membelikan sepatu mahal padahal ibu bisa
membelanjakan uang itu untuk membeli pakaian yang layak. Pertengkaran kecil
terjadi sebab dengan gaya jadul si ibu, anak itu terlihat malu. Dengan rasa
kecewa, sang ibu pergi meninggalkan anaknya.
“Tahukah kamu, ibu tidak
akan mengabaikanmu walaupun kamu memakai pakaian lusuh dan kuno. Kamu mengerti?”
Kalimat terakhir sebelum ia menghampiri
kematian, sang ibu berakhir dengan bunuh diri.
Air mataku terus mengucur
saat adegan itu berlangsung.
“Pernahkah kamu
membayangkan tidak ada ibu di dunia?”
Ibuku, manusia galak. Rambutnya selalu dipotong pendek padahal ia begitu girly semasa remaja. Ia
tidak pernah memperlihatkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Ia tidak tahu
caranya memelukku. Mengusap air mataku saat menangis. Menjadi teman di saat aku
butuh seseorang untuk mendengarkan. Ia wanita
independent yang bisa segala hal terkait pekerjaan. Berbanding terbalik dengan
sifatku, aku penyayang dan perhatian. Karena ke-tidak dekat an itu, seumur hidup
ini aku tidak pernah mengucapkan hari ibu dan memberinya hadiah seperti
anak-anak lainnya. Sesekali aku ingin mengucapkannya dan memberinya hadiah
tetapi aku tidak mau menimbulkan rasa canggung diantara kita. Apa yang akan
terjadi suatu saat nanti jika aku tidak bisa memanggilmu dengan kata ibu lagi.
Bagaimana jika da barang yang hilang? Siapa yang akan dengan mudahnya
menemukan? Bagaimana dengan pekerjaan rumah yang setiap kali aku sudah
membersihkannya, masih ada sisa sampah-sampah yang tidak aku selesaikan.
Bagaimana aku akan hidup lebih kuat jika orang yang aku anggap kuat tidak ada?
Surat terbuka untuk
ibuku;
Buk, ini anak sulungmu. Aku
menulis ini sambil menangis. Mengingat masa kecilku yang Bahagia. Ibuk dulu
selalu mengajakku bermain. Setelah adek lahir, semuanya berubah drastis. Saat
itu aku masih kelas lima. Aku masih butuh sosok ibu yang manjain aku. Tetapi,
keadaan berkata lain ya buk? Aku harus belajar mandiri dan bertanggung jawab.
Aku kangen di puji ibuk. “Anakku yang pintar dan cantik.” Bahkan pujian
itupun aku tidak ingat apakah pernah terlontarkan dari mulutmu buk. Cukup berat
jadi anak pertama perempuan ya buk? Aku banyak menangis tengah malam, hanya
karena aku takut membuat kesalahan di esok harinya. Aku sengaja selalu bangun
kesiangan agar aku tidak selalu berkomunikasi dengan bapak dan ibuk. Itu sangat
menyakitkan Ketika kalian membandingkan pencapaianku dengan anak-anak lainnya.
Aku juga pengen sukses. Tapi bukankah garis finish seseorang tidak sama? Mungkin
aku kebagian agak telat. Aku butuh waktu dan dukungan. Selalu dukung aku ya buk
walau itu lewat doa. Aku percaya ibuk masih mendukungku lewat doa-doa itu.
Semoga Panjang umur dan sehat selalu ya bu.
Komentar
Posting Komentar